Motivasi kehidupan tentang Selembar Seratus Ribu di Selokan Kehidupan

Mei 17, 2025 Add Comment

Motivasi kehidupan tentang uang


Selembar Seratus Ribu di Selokan Kehidupan

Pernahkah Anda menemukan selembar uang lusuh di selokan? Mungkin berbau tak sedap, kotor, dan tampak tak berharga. Saya pernah. Selembar seratus ribuan yang malang. Namun, saat saya membersihkannya, sebuah kesadaran sederhana namun mendalam menyentak: meski kondisinya mengenaskan, nilainya tetap utuh – seratus ribu rupiah.

Lantas, bagaimana jika uang itu tergeletak di tumpukan sampah? Atau terinjak-injak di jalanan yang ramai? Apakah nilainya luntur? Tidak. Ia tetaplah seratus ribu, sebuah nilai yang melekat, tak peduli di mana ia berada.

Saya sempat berpikir, mungkin ceritanya akan berbeda jika uang itu robek. Pasti tak lagi bernilai. Namun, ingatan masa kecil menyeruak. Ibu saya, dengan kearifan sederhananya, selalu punya solusi. Sebutir nasi yang diambil dari periuk hangat, dioleskan dengan hati-hati pada sobekan uang, lalu direkatkan dengan secobek buku tulis. Ajaib! Uang itu kembali utuh, nilainya pun tak berkurang sedikit pun.

Cermin Kehidupan dalam Lembaran Uang

Bukankah hidup kita tak jauh berbeda?

Kadang, kita merasa diri tak berharga. Mungkin karena penghasilan yang pas-pasan, atau label "miskin" yang melekat. Kita merasa terinjak-injak oleh kerasnya kehidupan, dikucilkan, dijauhi orang-orang terdekat, menjadi bahan gunjingan, dihina, disakiti, dikhianati, bahkan dibenci. Rasa sepi dan fitnah bisa begitu menyesakkan, membuat kita merasa terbuang dan tak bernilai.

Namun, renungkanlah selembar uang tadi. Jika ia tetap berharga meski terdampar di comberan, mengapa kita, sebagai manusia, seringkali merasa kehilangan nilai diri?

Jawabannya sederhana: nilai uang itu ditetapkan oleh kesepakatan bersama. Ada sistem yang mengakui dan mempertahankannya. Begitu pula dengan diri kita. Nilai kita sebagai manusia tidak ditentukan oleh keadaan eksternal, melainkan oleh bagaimana kita menghargai diri sendiri.

Tuhan menciptakan kita masing-masing dengan keunikan dan tujuan yang berbeda. Namun, di mata-Nya, nilai kita sama. Kekayaan materi, tawa riang setiap saat, atau limpahan uang bukanlah satu-satunya ukuran. Setiap jiwa memiliki nilai yang tak terhingga.

Mungkin saat ini Anda sedang teraniaya, hak-hak Anda dirampas, Anda tengah menderita, menganggur, bangkrut, kekurangan, dijauhi teman, diputuskan kekasih, difitnah, atau memikul beban yang berat.

Ketahuilah, badai pasti berlalu. Jalani setiap tantangan dengan hati yang lapang. Jangan biarkan kesulitan merenggut harga diri Anda. Ingatlah, nilai Anda tidak akan berkurang kecuali Anda sendiri yang mengizinkannya.

Harga Diri adalah Mata Uang Kehidupan

Seperti selembar uang yang tetap berharga meski kumal dan sobek, diri Anda pun demikian. Nilai Anda tidak ditentukan oleh seberapa banyak uang yang Anda punya, seberapa populer Anda, atau seberapa mulus jalan hidup Anda. Nilai Anda terletak pada keberadaan Anda sebagai manusia, sebagai ciptaan Tuhan yang unik dan berharga.

Jadi, tegakkan kepala. Percayalah pada diri sendiri. Hargai setiap detik kehidupan. Karena, sama seperti uang seratus ribuan itu, nilai Anda akan tetap utuh, tak peduli di mana pun Anda berada atau badai apa pun yang menerpa. Andalah yang memegang kendali atas nilai diri Anda. Jangan pernah menyerah untuk menghargai diri sendiri.